BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan
Allah yang diberi kelebihan berupa akal dan bahkan wahyu. Tanpa adanya akal
manusia tidak akan bisa hidup dengan baik bahkan (mungkin) manusia tidak dapat
bertahan hidup. Tanpa akal manusia tidak dapat berkomunikasi dengan sesama
manusia dan makhluk hidup yang lainnya, tidak dapat mengetahui bagaimana
terjadinya kehidupan dan tidak dapat mengetahui apa saja yang ada didalamnya.
Oleh karena itu manusia diberi akal agar dapat
mengetahui bagaimana adanya kehidupan ini selain itu dengan akal juga dapat
melahirkan ilmu-ilmu yang ada sampai sekarang
.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Pengertian Akal dan Wahyu ?
2.
Bagaimana Akal dan Wahyu dalam
Al-Quran ?
3.
Bagaimana Akal dan Wahyu dalam Perspektif
Tujuan Manusia ?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui apa itu Akal dan Wahyu.
2.
Mengetahui bagaimana pandangan Akal
dan Wahyu dlam Al-Quran.
3.
Mengetahui hubungan Akal dan Wahyu
dalam perspektif tujuan manusia.
D.
MANFAAT
Penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang akal dan wahyu baik dalam
Al-Quran maupun dalam perspektif tujuan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
AKAL DAN WAHYU
1.
Akal
Akal berasal dari bahasa Arab yaitu Al-‘aql yang secara bahasa berarti
pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah
daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami
lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal,
dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga
dapat mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita
sendiri, serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian
yang esensial hidup ini (Anonim A, 2013). Kata al-‘Aqlu sebagai mashdar (akar
kata) juga memiliki arti nurun ruhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu
bi al- hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai
mengetahui sesuatu yang tidak dapat di capai oleh indra. Al-‘aql juga di artikan
sebagai Al-‘qalb, hati nurani atau hati sanubari. Sedangkan kata
al-‘aqil (bentuk pelaku, isim fa’il) sering digunakan untuk menyebutkan
manusia, karena manusialah yang berakal (Santoso dkk, 2013 : 4).
Menurut tinjauan Al Qur’an akal adalah Hujjah atau dengan kata lain
merupakan anugerah Allah SWT. Yang cukup hebat dengannya manusia dibedakan dari
mahluk lain. Akal juga merupakan alat yang dapat menyampaikan kebenaran dan
sekaligus sebagai pembukti dan pembeda antara yang haq dan yang bathil, serta apa
yang ditemukannya dapat dipastikan kebenarannya, asal saja
persyaratan-persyaratan fungsi kerjanya dijaga dan tidak diabaikan (Anshori A,
2013).
2.
Wahyu
Wahyu berasal dari bahasa arab Al-Wahy. Kata ini memiliki arti suara, api,
dan kecepatan. Al-wahyu juga sering diartikan dengan bisikan, isyarat, tulisan
dan kitab. Oleh karena itu, wahyu dipahami sebagai pemberitahuan secara
tersembunyi dan cepat.
Kata wahyu dan tashri (penisbahan)-nya, baik balam bentuk fi’il madhi
maupun dalam bentuk mashdar-nya.dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Wahyu dalam arti firman Allah
yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya,yang berupa risalah atau kitab suci.
2. Wahyu dalam arti firman
(pemberitahuan)Allah kepada Nabi dan Rasul-N untuk mengantisipasi kondisi dan
tantangan tugasnya.
3. Wahyu dalam arti instink atau
nurani atau potensi dasar yang diberikan Allah kepada makhluknya.
4. Wahyu dalam arti pemberi ilmu dan
hikmah.
5. Wahyu dalam arti ilham atau
petunjuk Allah kepada manusia dalam bentuk intuisi atau inspirasi dan bisikan
hati.
B. AKAL DAN
WAHYU DALAM AL-QUR’AN
Adapun
ayat-ayat yang berkaitan dengan Akal dan Wahyu dalam Al-Quran adalah sebagai
berikut :
1.
Qur’an Surat Al-Baqaroh ayat 75
فَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ
مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلاَمَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا
عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ "Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu
mereka mengubahya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui?(Q.S.al-Baqaroh/2:75).
2.
Qur’an surat al-Hajj ayat 46
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam
dada.”(Q.S.al-Hajj/22:46).
3.
Qur’an surat al-Baqaroh ayat 242
كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Demikianlah
Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu
memahaminya.”(Q.S.al-Baqaroh/2:242).
4.
Qur’an surat al-Ankabut ayat 43
“Demikianlah perumpamaan-perumpamaan kami buat bagi
manusia tetapi yang dapat memahaminya hanyalah orang-orang yang
mengetahui”(Q.S.Al-Ankabut/29:43).
5.
Qur’an surat al-Nisa ayat 163
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu
sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail,
Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami
berikan Zabur kepada Daud.”(Q.S.al-Nisa’/4:163)
6.
Qur’an surat al-Nahl ayat 68
Dan Tuhamu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohonkayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia." (Q.S.Al-Nahl.16: 68)
7.
Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 39
"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabb
kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang
menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka, dalam keadaan tercela lagi
dijauhkan (dari rahmat Allah)”.(Q.S.al-Israa’.17:39)
C. AKAL DAN
WAHYU DALAM PERSPEKTIF TUJUAN MANUSIA
Dalam kajian
filosofis, subjek yang mencipta segala yang ada (maujudat) disebut Tuhan,
sementara segala yang ada sebagai objek penciptaan-Nya disebut alam. Alam
merupakan tanda-tanda Tuhan. Al-Qur’an sebagai firman Allah menyebutkan: Akan
kami tunjukkan tanda-tanda Kami di jagat raya dan di dalam diri mereka sendiri
(manusia) [QS Fushshilat (41):53]. Di ujung ayat, disebutkan secara tidak
langsung adanya manusia. Manusia adalah salah satu makhluk (ciptaan) Tuhan yang
ada di alam (semesta) ini. Dengan demikian, manusia menduduki posisi unik
antara alam dan Tuhan, yang memungkinkan dirinya berkomunikasi dengan keduanya
(Kartenegara,2002:137). Dengan posisinya yang unik itu, manusia diciptakan
Tuhan bukan tanpa tujuan. Adapun tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
mentaati perintah Allah SWT.
1.
Proses Penciptaan Manusia
Dalam surah al-mu’minun ayat 12 - 14 telah di tegaskan tentang proses
penciptaan manusia secara lengkap, Allah berfirman “Dan sesungguhnya, kami telah menciptakan
manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu
kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian, kami menjadikannya
makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik” (
QS. Al Mu’minun : 12 – 14). Penjelasan ayat : Allah SWT menciptakan manusia dari
saripati tanah. Artinya Allah SWT menciptakan manusia berasal dari seorang
laki-laki dan perempuan, keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati makanan
yang dimakan oleh kedua orang tua kita mejadi sperma dan sel telur. Hasil
pembuahan menjadi segumpal darah dan yang selanjutnya menjadi segumpal daging
hingga tulang belulang yang dibungkus daging. sesudah itu, Allah menciptakan
anggota-anggota badan dan menyusun menjadi makhluk yang berbentuk seorang bayi
manusia. Air mani yang berasal dari saripati tanah, juga mengandung makna bahwa
manusia pada akhirnnya akan kembali pada tempatnya semula, yaitu tanah. Tanah
yang dimaksud adalah liang lahat. Artinya manusia berasal dari tanah, dan akan
kembali tinggal meyatu dengan tanah (Rizal Muhammad F, 2013).
2.
Manusia sebagai Puncak (Tujuan Akhir) Penciptaan Alam.
Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh isi alam adalah
untuk manusia, ibarat seluruh akar, batang dan daun pisang dipersiapkan untuk
buahnya. Apabila mau direnungkan, bukankah apa saja yang ditemukan di dunia ini
adalah untuk manusia? Tentang ini, sebuah hadist qudsi menyatakan: “Lau laka wa
lan laka, ma khalaqtu al- alama kullaha” (“Kalau bukan karenamu, tidak akan Kuciptakan
alam semesta ini seluruhnya”). Al-Qur’an sendiri menyebutkan: “Dialah (Tuhan)
yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untukmu.” [QS Al-Baqarah (2):29].
Sedangkan dalam konteks puncak penciptaan alam, manusia secara biologis
adalah makhluk yang paling lengkap dan paling canggih. Dalam pengertian
mengandung semua unsur yang ada, mulai dari unsur-unsur mineral,
tumbuh-tumbuhan, hewan, hingga unsur-unsur khas manusia itu sendiri yang
merupakan daya-dayanya yang istimewa.
Hal ini kembali ke contoh Bumi ibarat buah, melalui bijinya, yang
terkandung di dalamnya semua unsur pohon yang melahirkannya, seperti akar,
batang, dahan, ranting dan daun. Karena itulah, manusia sering disebut juga
sebagai mikrokosmos (dunia kecil) yang di dalam dirinya terkandung semua unsur dalam
kosmos. Mengandung unsur mineral, dapat diartikan bahwa manusia memiliki daya
atomik. Mengandung unsur tumbuh-tumbuhan berarti bahwa manusia memiliki
daya-daya nabati, yaitu makan (nutrition, al-ghadziyah), tumbuh (growth,
al-munmiyah), dan berkembang biak (reproduction, al-muwallidah). Mengandung
unsur-unsur hewan berarti bahwa manusia memiliki daya-daya hewani, yaitu
penginderaan (sense perception, al-mudrikah) dan gerak (locomotion,
al-muharrikah). Khusus tentang penginderaan, Ibnu Sina, seorang pemikir Islam
klasik, memperkenalkan indera-indera batin di samping indera-indera lahir yang
kita kenal; kebetulan ada lima, sehingga dapat disebut panca indera. Kelima
indera batin itu adalah (1) indera bersama (common sense, al-hiss
al-musyatarak); (2) daya retentive (al-khayal), kemampuan untuk merkam
bentuk-bentuk lahiriah; (3) daya imajinasi (al-mutkhayyilah), kemampuan untuk
menggabungkan secara mental berbagai bentuk fisik sehingga menghasilkan bentuk
yang unik, yang mungkin tidak ditemui dalam dunia nyata, seperti kuda terbang;
(4) daya estimatif (al-wahmiyah), kemampuan untuk menilai sebuah objek dari sudut
manfaat atau bahayanya; dan (5) daya memori (al-hafizhah), kemampuan menyimpan
data baik yang empiris maupun non-empiris (Nasution, 1973: 30-31; dan
Kartanegara, 2002:49).
Adapun unsur khas manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain
adalah akal. Secara fungsional, akal terbagi dalam dua daya yaitu : kemampuan
kognitif atau teoritis, dan kemampuan manajerial atau praktis. Cara akal
mengabstraksikan makna dari data-data inderawi adalah dengan mengelompokkan
data-data inderawi yang masuk dalam kategori-kategori tertentu, sehingga
menghasilkan konsep-konsep yang universal.
Manusia sebagai puncak atau tujuan akhir penciptaan alam dengan daya-daya
yang dimilikinya sebagaimana dijelaskan di atas disempurnakan Allah dengan dikaruniai
sesuatu yang bersifat rohani, yang menjadikan manusia bukan hanya makhluk
fisik, melainkan juga makhluk spiritual. Wahyu merupakan sabda atau firman Allah
yang disampaikan kepada manusia yang menjadi pilihan-Nya (yang telah mencapai tinggkat
kesempurnaan, disebut Al-Insan Al-Kamil, yaitu Nabi atau Rasul) untuk terus
disampaikan kepada manusia lainnya sebagai pegangan dan panduan hidup.
3.
Tujuan Penciptaan Manusia
Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot di program untuk mematuhi
setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah
mematuhi setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya. Seperti firman
Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56. وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ
وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ “Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainka
untuk menyembah kepada-Ku.” Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan
kepada sang pencipta, Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak
boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang
tercermin dalam sholat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada
hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang
menyangkut hubungan vertical maupun horizontal (Febrina, 2011).
Selain itu manusia juga di berikan tugas oleh Alloh untuk menjadi khalifah
di muka bumi, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah dalam firmannya pada
al-Qur’an surat al-Baqaroh ayat 29-30 yang berbunyi : هُوَ الَّذِي خَلَقَ
لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ
سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ "Dia-lah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk kamu (manusia), dan Dia berkehendak (menciptakan)
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu." – (QS.2:29) "Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para
Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'.
Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb
berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak kamu ketahui'." –
(QS.2:30)” Untuk melaksanakan fungsi khalifahnya ini, manusia telah diberi
anugerah oleh tuhan dengan dua buah hadiah yang sangat istimewa, yaitu ilmu
pengetahuan (‘Ilm) dan kebebasan memilih (Ikhtiyar) (Kartanegara, 2002: 138).
Dan untuk menerima kedua hadiah itu, manusia telah dilengkapi di dalam drinya
sarana atau piranti, berupa akal dan fasilitas lain di luar dirinya, berupa
wahyu Tuhan yang diturunkan kepada manusia yang telah mencapai tingkat
kesempunaan (al-insan al-kamil) yang dalam bentuk kongkretnya diwakili oleh
nabi Muhammad s.a.w (Santoso dkk, 2013 : 24 - 25). Maka jelaslah kesatuan
manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik jika manusia dapat
menjalankan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal
selain naluri yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali
membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan penciptaan, bahkan tak
jarang bertentangan dengan misi penciptaan dirinya. Islam merupakan sistem
hidup yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita
lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan kita,
surge atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama yang dimotori
oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan kebudayaan,
kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa manusia muslim
dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan umat manusia (Febrina, 2011).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Simpulan dari penjelasan-penjelasan dan ayat yang telah dipaparkan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan Allah dari setetes air yang
hina, lalu dalam tahapan yang cukup panjang terbentuklah tulang, daging, wajah
dan struktur tubuh yang lengkap dalam tubuh ibu, lalu ditiupkan ruh kedalam
tubuh tersebut dan hiduplah seorang manusia yang sempurna. Allah menganugerahkan
kepada manusia yaitu berupa akal dan wahyu yang nantinya digunakan oleh manusia
untuk memenuhi tugas-tugasnya di dunia. Akal dan wahyu merupakan suatu hal yang
sangat di butuhkan oleh manusia untuk memenuhi tugas-tugasnya. Kelebihan
manusia dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya adalah memiliki akal yaitu
untuk berfikir dan wahyu yang langsung turun dari Allah sebagai penyeimbang
dari akal.
Manusia tidak diciptakan tanpa
sebab. Allah menciptakan manusia dengan dibebani beberapa tugas yaitu : menjadi
hamba dan menjadi khalifah dimuka bumi. Untuk menjadi khalifah tersebutlah Allah
melengkapi manusia dengan akal dan wahyu agar bisa membedakan mana yang benar
dan mana yang salah. Akal dan wahyu dalam islam memiliki kedudukan yang sama
pentingnya dimana wahyu sebagai cahaya untuk membimbing akal menuju jalan
kebenaran.
B.
SARAN
Sebagai manusia yang diciptakan
Allah lebih sempurna dari makhluk lainnya kita wajib menjalankan perintah Allah
sebagaimana mestinya. Wajib mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan
kepada kita.
Alangkah baiknya jika kita saling
tolong menolong, saling menghormati dan saling menghargai antara satu dengan
yang lainnya. Selain itu sebagai manusia kita juga harus menjaga lingkungan dan
menyayangi makhluk hidup lainnya (hewan dan tumbuhan).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A.
2013. Akal. (Online) id.wikipedia.org/wiki/Akal . Diakses pada Rabu 14 Oktober
2015.
Anshori A.
2013. Konsep Akal dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.(Online) http://mpiuika-2013.blogspot.com/2013/10/konsep-akal-dalam-al-quran-dan-sunnah.html.
Diakses pada Rabu 14 Oktober 2015.
http://ephacunk.blogspot.co.id/2011/03/akal-wahyu.html. Diakses pada Minggu 25 Oktober 2015.
http://febrinaismyname.blogspot.com/2011/09/makalah-tujuan-penciptaan-manusia.html. Diakses
Pada Rabu 14 Oktober 2015.
Kartanegara, Mulyadhi. 2002. Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam.
Bandung: Mizab.
Rizal Muhammad F. 2013. Qs. Al-Mu’minun ayat 12-14 Tentang Manusia dan
Tugasnya Sebagai Khalifah Di Bumi. (Online) http://note-student.blogspot.com/2013/06/qs-al-muminun-ayat-12-14-tentang.html.Di akses
pada Minggu 25 Oktober 2015.
Santoso Fattah, M.A. dkk. 2013. Studi Islam 3. Surakarta: (LPIK)
Universitas Muhammadiyah Surkarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar