Erni Rosita
Sukoharjo-Solo, Jawa Tengah
Kamis, 03 Desember 2015
PPT Fraktur
Ini adalah hasil PPT dari kelompok kami tentang Fraktur
untuk melihat PPT ini silahkan buka link berikut
Minggu, 29 November 2015
Profil UMS
video ini berisi tentang institusi kami. video ini adalah salah satu tugas komputerisasi keperawatan yang wajib kami buat.
video ini tidak untuk disalahgunakan ya :)
Minggu, 22 November 2015
Akal dan Wahyu dalam Perspektif Tujuan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan
Allah yang diberi kelebihan berupa akal dan bahkan wahyu. Tanpa adanya akal
manusia tidak akan bisa hidup dengan baik bahkan (mungkin) manusia tidak dapat
bertahan hidup. Tanpa akal manusia tidak dapat berkomunikasi dengan sesama
manusia dan makhluk hidup yang lainnya, tidak dapat mengetahui bagaimana
terjadinya kehidupan dan tidak dapat mengetahui apa saja yang ada didalamnya.
Oleh karena itu manusia diberi akal agar dapat
mengetahui bagaimana adanya kehidupan ini selain itu dengan akal juga dapat
melahirkan ilmu-ilmu yang ada sampai sekarang
.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Pengertian Akal dan Wahyu ?
2.
Bagaimana Akal dan Wahyu dalam
Al-Quran ?
3.
Bagaimana Akal dan Wahyu dalam Perspektif
Tujuan Manusia ?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui apa itu Akal dan Wahyu.
2.
Mengetahui bagaimana pandangan Akal
dan Wahyu dlam Al-Quran.
3.
Mengetahui hubungan Akal dan Wahyu
dalam perspektif tujuan manusia.
D.
MANFAAT
Penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang akal dan wahyu baik dalam
Al-Quran maupun dalam perspektif tujuan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
AKAL DAN WAHYU
1.
Akal
Akal berasal dari bahasa Arab yaitu Al-‘aql yang secara bahasa berarti
pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah
daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami
lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal,
dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga
dapat mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita
sendiri, serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian
yang esensial hidup ini (Anonim A, 2013). Kata al-‘Aqlu sebagai mashdar (akar
kata) juga memiliki arti nurun ruhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu
bi al- hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai
mengetahui sesuatu yang tidak dapat di capai oleh indra. Al-‘aql juga di artikan
sebagai Al-‘qalb, hati nurani atau hati sanubari. Sedangkan kata
al-‘aqil (bentuk pelaku, isim fa’il) sering digunakan untuk menyebutkan
manusia, karena manusialah yang berakal (Santoso dkk, 2013 : 4).
Menurut tinjauan Al Qur’an akal adalah Hujjah atau dengan kata lain
merupakan anugerah Allah SWT. Yang cukup hebat dengannya manusia dibedakan dari
mahluk lain. Akal juga merupakan alat yang dapat menyampaikan kebenaran dan
sekaligus sebagai pembukti dan pembeda antara yang haq dan yang bathil, serta apa
yang ditemukannya dapat dipastikan kebenarannya, asal saja
persyaratan-persyaratan fungsi kerjanya dijaga dan tidak diabaikan (Anshori A,
2013).
2.
Wahyu
Wahyu berasal dari bahasa arab Al-Wahy. Kata ini memiliki arti suara, api,
dan kecepatan. Al-wahyu juga sering diartikan dengan bisikan, isyarat, tulisan
dan kitab. Oleh karena itu, wahyu dipahami sebagai pemberitahuan secara
tersembunyi dan cepat.
Kata wahyu dan tashri (penisbahan)-nya, baik balam bentuk fi’il madhi
maupun dalam bentuk mashdar-nya.dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Wahyu dalam arti firman Allah
yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya,yang berupa risalah atau kitab suci.
2. Wahyu dalam arti firman
(pemberitahuan)Allah kepada Nabi dan Rasul-N untuk mengantisipasi kondisi dan
tantangan tugasnya.
3. Wahyu dalam arti instink atau
nurani atau potensi dasar yang diberikan Allah kepada makhluknya.
4. Wahyu dalam arti pemberi ilmu dan
hikmah.
5. Wahyu dalam arti ilham atau
petunjuk Allah kepada manusia dalam bentuk intuisi atau inspirasi dan bisikan
hati.
B. AKAL DAN
WAHYU DALAM AL-QUR’AN
Adapun
ayat-ayat yang berkaitan dengan Akal dan Wahyu dalam Al-Quran adalah sebagai
berikut :
1.
Qur’an Surat Al-Baqaroh ayat 75
فَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ
مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلاَمَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا
عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ "Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu
mereka mengubahya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui?(Q.S.al-Baqaroh/2:75).
2.
Qur’an surat al-Hajj ayat 46
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam
dada.”(Q.S.al-Hajj/22:46).
3.
Qur’an surat al-Baqaroh ayat 242
كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Demikianlah
Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu
memahaminya.”(Q.S.al-Baqaroh/2:242).
4.
Qur’an surat al-Ankabut ayat 43
“Demikianlah perumpamaan-perumpamaan kami buat bagi
manusia tetapi yang dapat memahaminya hanyalah orang-orang yang
mengetahui”(Q.S.Al-Ankabut/29:43).
5.
Qur’an surat al-Nisa ayat 163
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu
sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail,
Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami
berikan Zabur kepada Daud.”(Q.S.al-Nisa’/4:163)
6.
Qur’an surat al-Nahl ayat 68
Dan Tuhamu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohonkayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia." (Q.S.Al-Nahl.16: 68)
7.
Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 39
"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabb
kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain di samping Allah, yang
menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka, dalam keadaan tercela lagi
dijauhkan (dari rahmat Allah)”.(Q.S.al-Israa’.17:39)
C. AKAL DAN
WAHYU DALAM PERSPEKTIF TUJUAN MANUSIA
Dalam kajian
filosofis, subjek yang mencipta segala yang ada (maujudat) disebut Tuhan,
sementara segala yang ada sebagai objek penciptaan-Nya disebut alam. Alam
merupakan tanda-tanda Tuhan. Al-Qur’an sebagai firman Allah menyebutkan: Akan
kami tunjukkan tanda-tanda Kami di jagat raya dan di dalam diri mereka sendiri
(manusia) [QS Fushshilat (41):53]. Di ujung ayat, disebutkan secara tidak
langsung adanya manusia. Manusia adalah salah satu makhluk (ciptaan) Tuhan yang
ada di alam (semesta) ini. Dengan demikian, manusia menduduki posisi unik
antara alam dan Tuhan, yang memungkinkan dirinya berkomunikasi dengan keduanya
(Kartenegara,2002:137). Dengan posisinya yang unik itu, manusia diciptakan
Tuhan bukan tanpa tujuan. Adapun tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
mentaati perintah Allah SWT.
1.
Proses Penciptaan Manusia
Dalam surah al-mu’minun ayat 12 - 14 telah di tegaskan tentang proses
penciptaan manusia secara lengkap, Allah berfirman “Dan sesungguhnya, kami telah menciptakan
manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu
kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian, kami menjadikannya
makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik” (
QS. Al Mu’minun : 12 – 14). Penjelasan ayat : Allah SWT menciptakan manusia dari
saripati tanah. Artinya Allah SWT menciptakan manusia berasal dari seorang
laki-laki dan perempuan, keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati makanan
yang dimakan oleh kedua orang tua kita mejadi sperma dan sel telur. Hasil
pembuahan menjadi segumpal darah dan yang selanjutnya menjadi segumpal daging
hingga tulang belulang yang dibungkus daging. sesudah itu, Allah menciptakan
anggota-anggota badan dan menyusun menjadi makhluk yang berbentuk seorang bayi
manusia. Air mani yang berasal dari saripati tanah, juga mengandung makna bahwa
manusia pada akhirnnya akan kembali pada tempatnya semula, yaitu tanah. Tanah
yang dimaksud adalah liang lahat. Artinya manusia berasal dari tanah, dan akan
kembali tinggal meyatu dengan tanah (Rizal Muhammad F, 2013).
2.
Manusia sebagai Puncak (Tujuan Akhir) Penciptaan Alam.
Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh isi alam adalah
untuk manusia, ibarat seluruh akar, batang dan daun pisang dipersiapkan untuk
buahnya. Apabila mau direnungkan, bukankah apa saja yang ditemukan di dunia ini
adalah untuk manusia? Tentang ini, sebuah hadist qudsi menyatakan: “Lau laka wa
lan laka, ma khalaqtu al- alama kullaha” (“Kalau bukan karenamu, tidak akan Kuciptakan
alam semesta ini seluruhnya”). Al-Qur’an sendiri menyebutkan: “Dialah (Tuhan)
yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untukmu.” [QS Al-Baqarah (2):29].
Sedangkan dalam konteks puncak penciptaan alam, manusia secara biologis
adalah makhluk yang paling lengkap dan paling canggih. Dalam pengertian
mengandung semua unsur yang ada, mulai dari unsur-unsur mineral,
tumbuh-tumbuhan, hewan, hingga unsur-unsur khas manusia itu sendiri yang
merupakan daya-dayanya yang istimewa.
Hal ini kembali ke contoh Bumi ibarat buah, melalui bijinya, yang
terkandung di dalamnya semua unsur pohon yang melahirkannya, seperti akar,
batang, dahan, ranting dan daun. Karena itulah, manusia sering disebut juga
sebagai mikrokosmos (dunia kecil) yang di dalam dirinya terkandung semua unsur dalam
kosmos. Mengandung unsur mineral, dapat diartikan bahwa manusia memiliki daya
atomik. Mengandung unsur tumbuh-tumbuhan berarti bahwa manusia memiliki
daya-daya nabati, yaitu makan (nutrition, al-ghadziyah), tumbuh (growth,
al-munmiyah), dan berkembang biak (reproduction, al-muwallidah). Mengandung
unsur-unsur hewan berarti bahwa manusia memiliki daya-daya hewani, yaitu
penginderaan (sense perception, al-mudrikah) dan gerak (locomotion,
al-muharrikah). Khusus tentang penginderaan, Ibnu Sina, seorang pemikir Islam
klasik, memperkenalkan indera-indera batin di samping indera-indera lahir yang
kita kenal; kebetulan ada lima, sehingga dapat disebut panca indera. Kelima
indera batin itu adalah (1) indera bersama (common sense, al-hiss
al-musyatarak); (2) daya retentive (al-khayal), kemampuan untuk merkam
bentuk-bentuk lahiriah; (3) daya imajinasi (al-mutkhayyilah), kemampuan untuk
menggabungkan secara mental berbagai bentuk fisik sehingga menghasilkan bentuk
yang unik, yang mungkin tidak ditemui dalam dunia nyata, seperti kuda terbang;
(4) daya estimatif (al-wahmiyah), kemampuan untuk menilai sebuah objek dari sudut
manfaat atau bahayanya; dan (5) daya memori (al-hafizhah), kemampuan menyimpan
data baik yang empiris maupun non-empiris (Nasution, 1973: 30-31; dan
Kartanegara, 2002:49).
Adapun unsur khas manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain
adalah akal. Secara fungsional, akal terbagi dalam dua daya yaitu : kemampuan
kognitif atau teoritis, dan kemampuan manajerial atau praktis. Cara akal
mengabstraksikan makna dari data-data inderawi adalah dengan mengelompokkan
data-data inderawi yang masuk dalam kategori-kategori tertentu, sehingga
menghasilkan konsep-konsep yang universal.
Manusia sebagai puncak atau tujuan akhir penciptaan alam dengan daya-daya
yang dimilikinya sebagaimana dijelaskan di atas disempurnakan Allah dengan dikaruniai
sesuatu yang bersifat rohani, yang menjadikan manusia bukan hanya makhluk
fisik, melainkan juga makhluk spiritual. Wahyu merupakan sabda atau firman Allah
yang disampaikan kepada manusia yang menjadi pilihan-Nya (yang telah mencapai tinggkat
kesempurnaan, disebut Al-Insan Al-Kamil, yaitu Nabi atau Rasul) untuk terus
disampaikan kepada manusia lainnya sebagai pegangan dan panduan hidup.
3.
Tujuan Penciptaan Manusia
Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot di program untuk mematuhi
setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah
mematuhi setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya. Seperti firman
Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56. وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ
وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ “Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainka
untuk menyembah kepada-Ku.” Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan
kepada sang pencipta, Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak
boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang
tercermin dalam sholat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada
hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang
menyangkut hubungan vertical maupun horizontal (Febrina, 2011).
Selain itu manusia juga di berikan tugas oleh Alloh untuk menjadi khalifah
di muka bumi, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah dalam firmannya pada
al-Qur’an surat al-Baqaroh ayat 29-30 yang berbunyi : هُوَ الَّذِي خَلَقَ
لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ
سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ "Dia-lah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk kamu (manusia), dan Dia berkehendak (menciptakan)
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu." – (QS.2:29) "Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para
Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'.
Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb
berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak kamu ketahui'." –
(QS.2:30)” Untuk melaksanakan fungsi khalifahnya ini, manusia telah diberi
anugerah oleh tuhan dengan dua buah hadiah yang sangat istimewa, yaitu ilmu
pengetahuan (‘Ilm) dan kebebasan memilih (Ikhtiyar) (Kartanegara, 2002: 138).
Dan untuk menerima kedua hadiah itu, manusia telah dilengkapi di dalam drinya
sarana atau piranti, berupa akal dan fasilitas lain di luar dirinya, berupa
wahyu Tuhan yang diturunkan kepada manusia yang telah mencapai tingkat
kesempunaan (al-insan al-kamil) yang dalam bentuk kongkretnya diwakili oleh
nabi Muhammad s.a.w (Santoso dkk, 2013 : 24 - 25). Maka jelaslah kesatuan
manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik jika manusia dapat
menjalankan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal
selain naluri yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali
membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan penciptaan, bahkan tak
jarang bertentangan dengan misi penciptaan dirinya. Islam merupakan sistem
hidup yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita
lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan kita,
surge atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama yang dimotori
oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan kebudayaan,
kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa manusia muslim
dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan umat manusia (Febrina, 2011).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Simpulan dari penjelasan-penjelasan dan ayat yang telah dipaparkan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan Allah dari setetes air yang
hina, lalu dalam tahapan yang cukup panjang terbentuklah tulang, daging, wajah
dan struktur tubuh yang lengkap dalam tubuh ibu, lalu ditiupkan ruh kedalam
tubuh tersebut dan hiduplah seorang manusia yang sempurna. Allah menganugerahkan
kepada manusia yaitu berupa akal dan wahyu yang nantinya digunakan oleh manusia
untuk memenuhi tugas-tugasnya di dunia. Akal dan wahyu merupakan suatu hal yang
sangat di butuhkan oleh manusia untuk memenuhi tugas-tugasnya. Kelebihan
manusia dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya adalah memiliki akal yaitu
untuk berfikir dan wahyu yang langsung turun dari Allah sebagai penyeimbang
dari akal.
Manusia tidak diciptakan tanpa
sebab. Allah menciptakan manusia dengan dibebani beberapa tugas yaitu : menjadi
hamba dan menjadi khalifah dimuka bumi. Untuk menjadi khalifah tersebutlah Allah
melengkapi manusia dengan akal dan wahyu agar bisa membedakan mana yang benar
dan mana yang salah. Akal dan wahyu dalam islam memiliki kedudukan yang sama
pentingnya dimana wahyu sebagai cahaya untuk membimbing akal menuju jalan
kebenaran.
B.
SARAN
Sebagai manusia yang diciptakan
Allah lebih sempurna dari makhluk lainnya kita wajib menjalankan perintah Allah
sebagaimana mestinya. Wajib mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan
kepada kita.
Alangkah baiknya jika kita saling
tolong menolong, saling menghormati dan saling menghargai antara satu dengan
yang lainnya. Selain itu sebagai manusia kita juga harus menjaga lingkungan dan
menyayangi makhluk hidup lainnya (hewan dan tumbuhan).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A.
2013. Akal. (Online) id.wikipedia.org/wiki/Akal . Diakses pada Rabu 14 Oktober
2015.
Anshori A.
2013. Konsep Akal dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.(Online) http://mpiuika-2013.blogspot.com/2013/10/konsep-akal-dalam-al-quran-dan-sunnah.html.
Diakses pada Rabu 14 Oktober 2015.
http://ephacunk.blogspot.co.id/2011/03/akal-wahyu.html. Diakses pada Minggu 25 Oktober 2015.
http://febrinaismyname.blogspot.com/2011/09/makalah-tujuan-penciptaan-manusia.html. Diakses
Pada Rabu 14 Oktober 2015.
Kartanegara, Mulyadhi. 2002. Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam.
Bandung: Mizab.
Rizal Muhammad F. 2013. Qs. Al-Mu’minun ayat 12-14 Tentang Manusia dan
Tugasnya Sebagai Khalifah Di Bumi. (Online) http://note-student.blogspot.com/2013/06/qs-al-muminun-ayat-12-14-tentang.html.Di akses
pada Minggu 25 Oktober 2015.
Santoso Fattah, M.A. dkk. 2013. Studi Islam 3. Surakarta: (LPIK)
Universitas Muhammadiyah Surkarta.
Makalah Fraktur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Negara Indonesia merupakan negara
berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya
akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang
meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi
/kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan.
Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak
teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan
bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur. Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Berdasarkan data
dari rekam medik RS Soegiri di ruang Orthopedi periode Juli 2011 s/d Desember
2012 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang
mengalami fraktur panggul atau pelvis presentase sebesar 5% dan fraktur femur
sebesar 20%. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur
adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode
mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001
: 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi
yang berlebihan dan infeksi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian Fraktur?
2.
Etiologi Fraktur?
3.
Anatomi Fisiologi Fraktur?
4.
Patofisiologi Fraktur?
5.
Pathway?
6.
Manifestasi Klinis?
7.
Pemeriksaan Penunjang?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian fraktur.
2.
Mengetahui etiologi fraktur.
3.
Mengetahui anatomi fisiologi fraktur.
4.
Mengetahui patofisiologi fraktur.
5.
Mengetahui pathway fraktur.
6.
Mengetahui manifestasi klinis.
7.
Mengetahui pemeriksaan penunjang.
BAB
II
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Definisi
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar
dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur
dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur
adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan,
terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003). Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
B. Etiologi
1. Trauma
langsung/ direct trauma
Yaitu
apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma
yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya
penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada
pegelangan tangan.
3. Trauma
ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini
disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan
akibat tarikan otot
Patah tulang
akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan
C. Anatomi Fisiologi Fraktur
1.
Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang
berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat
diklasifikasikan dalam lima
kelompok berdasarkan bentuknya :
a.
Tulang panjang
(Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal
panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis.
Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara
epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang
disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang
panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan
digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan
tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti
tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang
pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang
fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang
disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum
tulang.
b.
Tulang pendek
(carpals) bentuknya tidak teratur dan
inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c.
Tulang pendek datar
(tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang
padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
d.
Tulang yang
tidak beraturan (vertebrata) sama seperti
dengan tulang pendek.Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,
yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung
oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel,
matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis
dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks
tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan,
asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana
garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel
dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak
dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear
( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling
tulang.
Osteon merupakan unik fungsional
mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler.
Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui
prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal
yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1
mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh
membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi
nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan
tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh
darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast ,
yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum
dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).
2.
Fisiologi Tulang
Fungsi tulang
adalah sebagai berikut :
a. Mendukung
jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh
(misalnya jantung, otak, dan paru paru) dan jaringan lunak.
c. Memberikan
pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
d. Membentuk
sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya
kalsium, fosfor.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang
segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis
ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah
yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa
sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya
fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang.
F.
G.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
- Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
- Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
- Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
- Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
- Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua
tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak
ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan
saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala,
tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan
mengalami cedera pada daerah tersebut.
H. Pemeriksaan
Penunjang
1.
X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau
keadaan tulang yang cedera.
2.
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3.
Arteriogram :
dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4.
CCT kalau
banyak kerusakan otot.
5.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit
turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa
otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan
dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
I. Pengkajian
Pengkajian
merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga
dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan
Data
a. Anamnesa
1) Identitas
Klien
Meliputi
nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan
Utama
Pada umumnya keluhan utama pada
kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik
tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking
Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi
nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa
nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah
rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa
sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh
rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung,
kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat
Penyakit Sekarang
Pengumpulan
data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu
dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui
mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain
4) Riwayat
Penyakit Dahulu
Pada pengkajian
ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama
tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur
patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes
dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik
dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
5) Riwayat
Penyakit Keluarga
Penyakit
keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik
6) Riwayat
Psikososial
Merupakan
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
7) Pola-Pola
Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup
Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada
dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup
klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah
klien melakukan olahraga atau tidak
b) Pola
Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien
fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar
matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal
terutama pada lansia. Selain itu juga
obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola
Eliminasi
Untuk kasus
fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu
perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan
kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
d) Pola
Aktivitas
Karena
timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain
yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain
e) Pola
Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien
harus menjalani rawat inap
f) Pola
Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang
timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat
frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
g) Pola
Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat
fraktur
h) Pola
Reproduksi Seksual
Dampak pada
klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami
klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak,
lama perkawinannya
i) Pola
Penanggulangan Stress
Pada klien
fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
j) Pola Tata
Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri
dan keterbatasan gerak klien
b. Pemeriksaan
Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.
1) Gambaran
Umum
Perlu
menyebutkan:
a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang
dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
(1) Kesadaran
penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
(2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,
sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
(3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan
baik fungsi maupun bentuk.
b) Secara sistemik dari kepala sampai
kelamin
(1) Sistem
Integumen
Terdapat
erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
(2) Kepala
Tidak ada
gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
(3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
(4) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
(5) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan)
(6)Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
(7) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
(8) Mulut
dan Faring
Tak ada
pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
(9) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
(10) Paru
(a) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
(b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
(c) Perkusi
Suara ketok
sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
(11) Jantung
(a) Inspeksi
Tidak tampak
iktus jantung.
(b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(c) Auskultasi
Suara S1 dan
S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(12) Abdomen
(a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
(c) Perkusi
Suara thympani,
ada pantulan gelombang cairan.
(d) Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
(13) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada
hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2) Keadaan
Lokal
Harus
diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutamamengenai status
neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu Pain, Palor,
Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
a) Look
(inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(1) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun
buatan seperti bekas operasi).
(2) Cape
au lait spot (birth mark).
(3) Fistulae.
(4) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
(5) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
(6) Posisi
dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(7) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
b) Feel
(palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu
dicatat adalah:
(1) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary
refill time Normal > 3 detik
(2) Apabila
ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
(3) Nyeri
tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah,
atau distal).
Otot: tonus
pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau
melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila
ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau
tidak, dan ukurannya.
c) Move
(pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah
melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas
dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup
gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai
dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau
tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
2. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Pemeriksaan
Radiologi
Sebagai
penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar
rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.
Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari
bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan
penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca
pada x-ray:
1) Bayangan
jaringan lunak.
2) Tipis
tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga
rotasi.
3) Trobukulasi ada tidaknya rare
fraction.
4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur
sendi.
Selain foto
polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
1) Tomografi: menggambarkan tidak satu
struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada
kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu
struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
2) Myelografi: menggambarkan
cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang
mengalami kerusakan akibat trauma.
3) Arthrografi: menggambarkan
jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
4) Computed Tomografi-Scanning:
menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu
struktur tulang yang rusak.
b. Pemeriksaan
Laboratorium
1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum
meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2) Alkalin
Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik
dalam membentuk tulang.
3) Enzim
otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat
Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan
lain-lain
1) Pemeriksaan
mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab
infeksi.
2) Biopsi
tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas
tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
3) Elektromyografi: terdapat
kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
4) Arthroscopy: didapatkan
jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
5) Indium Imaging: pada
pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
6) MRI: menggambarkan semua
kerusakan akibat fraktur.
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar
dari yang dapat diabsorbsinya
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan
medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana
Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di
Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle
River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing
Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle
River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)